PTA Jakarta, Peringati Nuzulul Al-Qur’an, sebuah Upaya Membudayakan Perilaku Jujur dan Berintegritas (17/3)
PTA Jakarta, Peringati Nuzulul Al-Qur’an,
sebuah Upaya Membudayakan Perilaku Jujur dan Berintegritas
Jakarta, pta-jakarta.go.id (17/3)
Memasuki hari-17, Senin 17 Maret 2025, Pengadilan Tinggi Agama Jakarta yang digawangi Buna Kerohanian memperingati turunnya Al-qur’an atau sering disebut Nuzulul Qur’an.
Suasana khidmat menyelimuti Aula Pengadilan Tinggi Agama Jakarta dengan rangkaian acara yang penuh makna, yang bertemakan “Dengan Nilai-nilai Qur’ani, Kita Wujudkan Insan Peradilan yang Memiliki Kapabilitas dan Integritas Tinggi Menuju Peradilan yang Agung”.
Peringatan dimulai dari tausiah agama tentang Nuzulul Qur’an, buka puasa bersama yang dirangkai dengan sholat Magrib berjamaah. Serta selama bulan suci seluruh jajaran pimpinan dan pegawai berupaya mengkhatamkan bacaan Al-qu’an, dengan metode daring maupun luring. Kegiatan ini menjadi momentum memperkuat kecintaan terhadap kitab suci umat Islam.
Hadir seluruh jajaran pimpinan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta, pada hakim tinggi, jajaran pimpinan pengadilan agama sewilayah Jakarta, para pejabat struktural dan fungsional dan seluruh PPNPN sertu para ibu Dharmayukti Kartini. Hadir pula Dirjen Badilag MA, Drs. H. Muklis, S.H., M.H. beserta istri.
Dirjen Badilag dalam sambutannya, mengingatkan untuk terus bersemangat untuk membudayakan jiwa jujur dan berintegritas bagi setiap pegawai dan satuan kerja. “Jika dua nilai itu tetap kita pegang, maka kita kerja akan tenang dan bisa menikmatinya, sementara bila dua nilai itu lepas, hidup menjadi was-was dan tidak tenang”, tegas beliau.
Ceramah Nuzulul Qur’an menghadirkan Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Keuangan Haji, Dr. Yuslam Fauzi, S.E., M.B.A.
Beliau mengawali tauziahnya dengan memberikan pencerahan bahwa Al-qur’an dirurunkan Allah SWT dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah pada malam-malam ganjil di sepuluh malam yang akhir di Bulan Romadhon, sedangkan Kitab suci Al-qur’an pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui surat Al-Alaq ayat 1-5 di Goa Hiro, Mekkah, pada 17 Romadhon yang menandai pengangkatan Baginda sebagai rosululloh. Ini yang dikenal dengan Nuzulul Qur’an.
Apakah sebatas membaca? Selama bulan Romadhan, membaca Al-Qur’an merupakan amalan yang berpahala besar. Semangat untuk mengkhatamkannya seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
“Memahami makna dan keterangannya, akan jauh lebih baik, yakni integritas dan kejujuran, seperti maksud tema Nuzulul Qur’an harus selalu kita budayakan”, tegasnya.
Lalu kompetensi? Seperti makna dalam wahyu pertama, “iqro”, umat Islam harus terus belajar dan meningkatkan kemampuan diri.
Sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rosul, Bangsa Arab merupakan bangsa yang perilaku jahiliyah, hidup di antara dua bangsa besar, Romawi dan Persia. Numun dalam waktu hanya 23 tahun diutusnya Nabi, bisa menjadi bangsa besar dan mengalahkan dua kerjaan besar tersebut. Mereka dibentuk menjadi bangsa yang berkarakter dan berintegritas, jujur, amanah, penyampai yang baik dan fathonah, cerdas.
Efeknya dalam tujuh ratus tahun ke depan, Islam mengusai peradaban dunia, dengan nilai-nilai kepemimpinan yang berintegritas, kemajuan ilmu sains dan sosial, juga kecintaan dan ketaqwaan pada Allah SWT sangat tinggi.
“Saat ini, Islam sudah tujuh ratus tahun berada dalam kemunduran. Dari index bangsa-bangsa di dunia, kemampuan kompetitif dunia yang diukur dari integritas dan index korupsi, hasilnya Indonesia dan negara-negara muslim selalu berada dalam posisi tujuh puluh ke atas”, ujar pria yang pernah menjabat Direktur Utama Bank Syariah Mandiri 2005-2014.
Mari tetap semangat memegang sikap jujur dan berintegritas, karena memang dan kalah Allah SWT gilirkan di antara bangsa-bangsa, agar Allah mengetahui umat yang terbaik dan pejuang sejati. Bukan hanya menuju peradilan yang agung, namun sebagai upaya membangkitkan peradaban Islam yang super agung. (asti)